Kubuka label "Story Of My Life" dengan menceritakan tentang lelakiku. Tentang dia yang pernah singgah beberapa waktu dan kemudian pergi meninggalkan tanpa mengucapkan kata perpisahan. Hei, apa kabar? Kupikir kau baik-baik saja setelah semua terjadi. Sekarang ku mulai kisah tentang dia.
Agustus 2014
Aku tiba di kota yang kupikir jauh dari ekspektasiku. Ya, kupikir kota ini akan ramai dengan hiruk pikuknya manusia dengan kesibukannya masing-masing, kota yang punya mall atau tempat hiburan lain buat menghilangkan penat, kota yang penuh polusi dan masih banyak lagi seperti yang sering ku tonton di televisi. Seketika semua hilang setelah kutiba disini. Salatiga. Sebuah kota kecil yang diapit oleh kota Semarang dan Surakarta. Kota yang sejuk, nyaman serta dingin tentu saja. Seminggu pertama terasa sulit, beradaptasi dengan suhu udara seperti ini, mau mandi saja harus pikir dua kali saking dinginnya.
Sebtember 2014
Hari demi hari berlalu, aku akan memulai langkah pertama dalam perkuliahan. Begitu banyak kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa baru saat itu. Maka untuk mengkoordinasi semua mahasiswa di fakultasku terutama, para panitia membuat sebuah group khusus untuk angkatan 2014, di facebook. Disana, aku hanya mengenal beberapa orang saja, itupun hanya mahasiswa mahasiswa yang sedaerah denganku. Karna teman yang sedikit, aku meminta pertemanan di beberapa orang yang masuk dalam group tersebut secara random. Besoknya, ada sebuah pesan masuk di facebook ku. Seorang lelaki yang menurutku cukup tampan.
"Hi, mahasiswa baru juga?"
"Hi, iya"
"Asal mana?"
"Sulawesi Utara", dan beberapa pertanyaan standart untuk insan yang baru berkenalan lewat social media.
Awal perkenalan yang unik lewat social media, mengantarku kepada sebuah pertemuan.
"Dimana? Ketemu yuk"
"Aku di cafe, mau kesini. Nanti ku share location"
"Oke, aku on the way"
"Kamu udah sampe?" Tanyaku setelah beberapa menit kemudian.
"Aku di depan". Seketika itu, aku keluar dari cafe tersebut, melongo kekiri kanan dan kudapati dalam pandangan, seseorang dengan hoodie hitam, helm dan menaiki sebuah sepeda motor. Beberapa detik kemudian, kontak mata terjadi diantara kita berdua. Spontan, lelaki tersebut menghampiriku.
"Gita ya?"
"Iya, hi", sambil bersalaman
"Iya. Kamu sama temen temen? Gapapa kan kalo ditinggal?"
"Yaudah aku pamit dulu yah"
Tanpa berpikir panjang, aku berlari menghampiri teman temanku dan pamit. Dalam perjalanan, aku sempat ragu dengan lelaki ini. Aku baru pertama bertemu, dan dia mengajakku jalan, apalagi aku masih tak tau daerah di kota ini.Kalo aku diculik bagaimana? Kalo aku diperkosa bagaimana? Imajinasiku terus bertumbuh. Dia membawaku di sebuah lorong. Beberapa saat kemudian, kami berhenti di sekelompok anak muda yang asyik bercakap cakap di teras rumah. Pandangan mereka tertuju padaku saat aku mulai turun dari motor.
"Kenalin nih, Gita" kata lelaki tersebut kepada teman temannya dan disambut dengan jabat tangan dan senyuman hangat.
"Asli mana mbak?
"Sulawesi, mas"
"Jauh yak, makanan khas sana apa aja?"
"Banyak, bubur manado, dll" Kemudian beberapa pertanyaan terus dilontarkan dan anehnya, aku merasa nyaman dengan mereka yang baru kukenal dan tentunya lelaki ini. Jarum jam menunjuk ke angka 23.00. Dia kemudian pamit dan mengantarku pulang. Hari demi hari kulalui dengan lelaki yang tak pernah absen mengabariku lewat bbm waktu itu. Bulan demi bulan berlalu, aku sepertinya mulai nyaman dengan lelaki ini. Walau belum ada status, tapi kujalani saja dulu.
Maret, 2015
Sengaja tak ada Oktober, November, Desember, Januari dan Februari. Tau kenapa? Kisahnya sama seperti sebelumnya. Hubungan kami belum jelas arah dan tujuan, tapi dia sering memberiku harapan. Sampai tiba disuatu sore, saat aku sedang makan bersama temanku :
"Udahan dong phpnya"
"Ya ini mau aku udahin, pacaran yuk?"
"Jangan php deh!"
"Aku serius git, mau ga jadi pacarku?"
"Ngomong langsung dong, jangan lewat chat"
"Yaudah, besok ketemu yak. Aku mau ke semarang ini"
"Oke, kabarin aja"
Aku tersenyum dan kemudian tertawa terbahak bahak membaca chat dia. Aku ga percaya, akhirnya dia berani juga berbicara seperti itu. Sesuatu yang sudah lama kutunggu. Saking bahagianya, aku tak menyadari temanku memperhatikanku dari tadi.
"Kenapa sih senyum senyum?" Kata temanku.
"Aku abis ditembak lho, sama dia"
"Serius? Trus kamu jawab apa?"
"Belum jawab, mau tunggu dia bicara langsung"
Kami menutup percakapan dengan senyum sumringah dan beranjak pergi meninggalkan tempat makan tersebut.
Besoknya, aku dan lelaki tersebut bertemu. Setelah aku duduk, tanpa basa basi, sebuah pertanyaan mendarat dari bibirnya :
"Jadi, kapan kita pacaran?" Aku tersenyum
"Jawab dong, kapan? Tanya lelaki tersebut sambil memandangku.
"Iyaiya" lanjutku
"Jadi kamu? Iya, aku terima
"Apa? Ga denger? IYA, AKU TERIMA!
Dia tersenyum dan memandangku sembari memelukku.
Ya, akhir Maret, tepatnya tanggal 28 kami mengakhirinya dengan sebuah kisah indah. Di bulan bulan berikutnya, aku masih merasa bahagia, ada yang menemaniku tiap hari, bertanya kabar dll merasa dunia seperti milik kita berdua. Kulewati beberapa bulan kemudian dengan sebuah kisah yang tak terduga.
Oktober 2015
Seperti kataku tadi, kulewati beberapa bulan dan kuceritakan kejadian yang terjadi di Oktober. Tepat tanggal 23, temanku ada yang berulang tahun. Aku dan teman teman lainnya berniat memberikan kejutan. Kejutannya berjalan dengan lancar. Tiba tiba, lelaki yang sudah jadi pacarku kurang lebih 7 bulan tersebut meminjam handphone ku.
"Yang, pinjam bentar dong hapenya. Mau buka facebook".
"Nih!" Selang beberapa menit dia mengembalikannya. Setelah perayaan ulang tahun selesai, dia mengantarku pulang. Sampai di kost, aku mengotak atik handphone ku dan ketika aku membuka facebook, akun facebook nya ternyata masih bisa diakses. Dengan rasa ingin tau yang tinggi, aku mencoba masuk dalam akunnya dan langsung membuka pesan pesan di facebook tersebut. Seketika terbelalak tajam, tak bisa berkata kata lagi dan tanpa sadar airmata keluar. Baru saja beberapa bulan berbahagia, ternyata lelaki ini mempermainkanku. Dia chat dengan beberapa perempuan dengan mesra. Aku kemudian memberitahu dia, dan mengirimkan bukti chat tersebut. Dia terkejut dan kemudian langsung mengirimkan beberapa pesan permohonan maaf. Tapi saking sakit hatinya, semua tak ku gubris sampai pada beberapa menit kemudian, seseorang telah berada di depan kamarku dan dia masuk. Dia memandangiku yang terduduk dan menatapku dalam.
"Maafin aku ya"
Aku berbalik arah dan memandang matanya
"Sakit sekali apa yang kamu lakuin" dan airmata pertama untuk lelaki itu keluar. Dia mencoba membujukku berkali-kali, sampai dia mengizinkanku untuk mengganti password facebook nya. Selang beberapa jam, dia kemudian pergi dan membiarkanku untuk menikmati kesendirian. Beberapa menit kemudian, sebuah pesan masuk.
"Maafin aku ya, aku janji ga akan lakuin ini lagi" dan dengan bodohnya, akupun langsung memaafkannya. Hari-hari berlalu, dia menunjukkan perubahan. Oh iya, tak kuceritakan sebelumnya. Dulu, dia orangnya sangat cuek, tapi setelah kejadian tersebut, dia menjadi orang yang sangat romantis. Kulakui beberapa tahun dengan bahagia walaupun ada banyak masalah yang terjadi di bulan bulan berikutnya. Dia yang selingkuh lagi berkali-kali, genit sama perempuan lain, boncengan sama perempuan lain dan dijemput pula di kampus, dan masih banyak lagi. Cape hati kalo diceritain! Tapi kita masih mampu bertahan sejauh itu dan bodohnya, aku masih slalu memaafkan. Apakah ini yang namanya cinta buta?
Sebtember 2017
Kita berpisah satu semester. Tenang, bukan mengakhiri hubungan, dia mau KP di Jakarta. Jadi kita akan LDR kurang lebih 4 bulan.
"Pokoknya sampe sana, kabarin terus yak, jangan nakal, hati hati di jalan" kataku ketika dia pamitan.
"Iya bawel, i love you!" balasnya. Beberapa bulan dilalui, sampai pada akhir desember, sesuatu lagi terjadi di hubungan kita.
Desember 2017
Saat itu, aku hampir menyelesaikan KP selama 1 semester. Aku merasa bahagia karna sebentar lagi akan bertemu dengan dia dan aku akan liburan juga. Tapi kebahagiaan itu sirna ketika sebuah pesan masuk:
"yang, aku mau ngomong serius"
"Iya, apa ?"
"Kayaknya kita udah gabisa deh. Mama slalu nanyain kalo aku masih sama kamu atau engga.
"Lha bukannya emang gapapa?
"Maaf aku baru bilang, mereka ga setuju. mereka sukanya sama yang chinesse juga"
"Lho, kok gitu" seketika airmata jatuh lagi tanpa henti. Aku tak menyadari sebelumnya dari hubungan yang sudah hampir berjalan beberapa tahun tersebut ternyata sudah di ujung kehancuran. Aku jatuh sejatuh-jatuhnya, slalu menangis, terpuruk dengan keadaan. Beberapa bulan aku dalam duka, hubungan sudah tak seasik dulu, dia sudah menunjukkan gelagak tidak mau berjuang meminta restu. Berbagai alasan dia lontarkan agar kita berpisah. Mulai dari sudah bosan dengan aku, ingin sendiri dan masih banyak lagi. Tapi kubiarkan saja. Sampai akhirnya beberapa bulan kita tak saling berkabar.
April 2018
Aku mengakhiri KP di akhir Maret. Bulan berikutnya pun libur datang. Aku memutuskan untuk balik ke Sulawesi. Selain liburan, aku ingin menyembuhkan hati. Kuminta lelaki itu yang mengantarku ke bandara. Selama di perjalanan, tak ada lagi percakapan. Semua diam dalam sepi. Bahkan untuk melihatnya saja dalam beberapa waktu, dia memarahiku. Sikapnya berubah drastis. Ya, aku tau, orangtua memang segalanya. Kubiarkan dia begitu dan terus memendam sakit yang teramat sangat ini.
Mei 2018
Aku kembali ke Salatiga. Bukannya membaik, setelah ku injakkan kaki kembali disini, aku ingat dia lagi. Aku mencoba menanyakan lagi tentang hubungan yang sudah tidak jelas akan berlabuh dimana ini. Dia pun tidak menunjukkan tanda akan berjuang. Aku mencoba untuk kuat, dan mencoba untuk merayu orangtuanya. Aku sampai memberanikan diri untuk chat mamanya, dan berbicara panjang lebar. Intinya cuma satu, kalau orangtuanya tidak menyetujui, aku tak akan memaksa. Aku hanya meminta beberapa waktu saja agar bisa bersama dan setelah perkuliahan selesai, aku akan pergi dan meninggalkan dia. Namun, pahit kembali kutelan. Mamanya dengan singkatnya bilang :"lebih baik berteman saja ya" Hatiku hancur. Sakit sekali. Bulan bulan berikutnya kulalui dengan ketidakjelasan lagi. Aku mulai mencoba untuk ikhlas dan menerima kenyataan. Hari demi hari kulakui dengan berat, melupakan seseorang yang selalu mengisi hari kita memang tidak mudah. Tapi lambat laun, aku menyadari kalo cinta tanpa restu orangtua memang sulit. Di tengah kesulitan yang kualami ini, untungnya aku berada di lingkungan yang baik, aku bersyukur masih punya teman teman yang peduli, merekalah penyembuh segala perih dan kesesakan ini. Beberapa tahun menjalani hubungan dan berakhir dengan kisah yang seperti ini sulit sekali untuk kuterima. Tapi mau menyalahkan siapa? mungkin belum jodohnya.
No comments:
Post a Comment