Hello there!

Wednesday, March 6, 2019

Dan Lagi, Terulang Lagi

Tak terasa sudah bulan ketiga di tahun 2019. Belum juga kering luka dihati sejak kepergian seseorang beberapa bulan lalu, kini harus kunikmati lagi perih ditinggalkan. Rasa sakit itu masih membekas dihati. Walau rasanya sudah malas mengingat kenangan yang sudah lalu, kucoba untuk mulai menjabarkannya.

26 Desember 2018
Hari ke-2 natal, aku dan teman-temanku memutuskan untuk jalan-jalan sambil bersua dengan kerabat. Di tempatku, setiap natal atau tahun baru, ada sebuah perayaan yang disebut dengan disco tanah, kalo bahasa anak kota ya clubbing. Pukul 20.00, aku dan teman-teman memutuskan untuk menuju tempat yang dimaksud. Sesampainya disana, aku dan dua teman cewek duduk dan hanya melihat lihat temanku yang lain yang sedang menikmati alunan lagu yang keras. Aku sebenarnya sangat tidak nyaman berada di lingkungan ini, tapi mau bagaimana lagi, dipaksa teman. Beberapa menit dari kami sampai, datang sebuah motor berhenti tidak jauh dari tempat kami duduk. Sosok yang sangat aku kenal. Aku hanya mengamati dari kejauhan, tanpa berusaha menegurnya, Oh iya, sosok yang kumaksud itu mantanku. Aku dan laki-laki ini perna berpacaran di SMA. Waktu itu hubungan kami tidak berjalan mulus, aku bahkan selingkuh dari dia. Bukan menduakan lagi, tapi mentigakan. Ya maklum masa masa labil. Aku masih terus mengamati dia dari tempatku. Beberapa saat kemudian, terjadi perkelahian di dekat tempatku. Teman temanku memutuskan untuk pulang karna suasana sudah tidak kondusif lagi. Aku dibonceng temanku cewek. Baru saja temanku menyalakan motor, mantanku baru menyadari keberadaanku dan langsung menghampiriku dan berjabat tangan denganku.
"Hi, slamat natal"
"Oh iya, slamat natal", balasku sambil senyum
"Masih pakai nomor yang lama?"
Sontak pertanyaan itu membuat jantungku berdetak kencang.
"Iya, masih pakai nomor yang lama kok, kujawab terbata bata"
Dia langsung mengeluarkan handphonenya :
"Boleh minta nomornya?"
"Oh iya, boleh" Kuambil handphonenya dan mengetik nomorku
"Oh oke, nanti ku misscall"
"Oke"
"Mau pulang ya?" tanyanya.
"Iya, udah pada bubar juga ini", lanjutku
"oke, bentar lagi aku juga pulang. 
"oke, sampai jumpa lagi", balasku sambil berlalu dari hadapannya.
sepanjang perjalanan aku berteriak kegirangan. Mungkin karna sudah beberapa bulan hidup dalam kesendirian, jadinya begini.

27 Desember 2018
Sore itu, aku dan adikku jalan jalan sore sambil menidurkan keponakanku. Sementara di perjalanan, ada sebuah pesan masuk dari mantanku.
"Sore", begitu isi pesan tersebut. 
"Sore juga", balasku
"Lagi ngapain?"
"Lagi nidurin ponakanku' balasku singkat
Kemudian berlanjut dengan segala macam pertantanyaan stardart, sampai akhirnya dia bertanya seperti ini :
"Sebentar malam ada acara tidak?"
"Tidak ada, aku free terus" balasku
"Oh gitu, kalau hatinya free juga?"
Seketika itu aku berteriak sampai keponakanku terbangun lagi. 
"Kalo hati sudah free dari lama", balasku sambil senyum-senyum.
"Yaudah, sebentar malam ketemuan ya, nanti kukabari lagi", balasnya.
Malamnya, dia datang menjemputku dan kita jalan jalan berdua. Di tengah perjalanan, dia bertanya segalamacam, termasuk tentang mantanku sebelumnya, alasan kita putus dan lain-lainnya. 2nd impression bertemu dengannya setelah beberapa tahun, ternyata dia lebih ganteng dan wangi tentunya. Atas segala basa-basi yang ada, akhirnya kami memutuskan untuk balikan malam itu.

28 Desember 2018
Hariku sangat menyenangkan, bahagia seperti orang kebanyakan yang baru merasakan cinta. Masih hangat-hangatnya. Dia sangat perhatian dan romantis, sama seperti lalu-lalu. Tidak berubah sedikitpun. Hari-hari kulalui dengan indah bersama dengan dia. Tak pernah sedikitpun membuatku kecewa. 

4 Januari 2019
Ku lewati beberapa hari karna kalau dijabarkan, tidak akan selesai cerita ini. Hari ini, hari terakhir aku disini. Besok aku akan kembali ke perantauan untuk melanjutkan apa yang ku perjuangkan beberapa bulan lalu. Ya, aku sudah berada di akhir perkuliahan dan sebentar lagi aku wisuda. Dari pagi, dia sudah memberi pesan-pesan yang membuatku terenyuh. Ini malam terakhir kita bersama. Jam 18.27, dia datang kerumahku dan mengajakku keluar.
"Sayang, aku sedih besok kamu berangkat", katanya sambil memegang erat tanganku
"Nanti selesai wisuda, aku pasti balik kok, kamu sabar ya, aku ga akan macam-macam, tunggu aku ya, februari ga lama lagi", kataku sambil memeluknya. 

5 Januari 2019
Hari perpisahan tiba, aku mempersiapkan barang-barang yang hendak kubawa. Pukul 13.35, dia datang ke rumahku, dia membantuku mengangkat barang ke kapal. Dia berdiri bersama dengan mama dan adikku. Beberapa saat kemudian, kapal mulai meninggalkan pelabuhan. Aku memandanginya yang mulai menjauh. Beberapa saat kemudian handphone ku dipenuhi pesan dari dia
"Sayang, jaga diri ya, aku sayang kamu"
"Iya sayang, tunggu aku balik ya", balasku.

6 Januari 2019
Subuh-subuh benar, kapal mulai memasuki kota tempatku transit. Sesampainya di hotel, aku mengabarinya. Sorenya, aku berangkat lagi naik pesawat menuju ke kota rantau. Hari-hari merindu, hari-hari tak pernah lupa mengabari. Dialah yang menyemangatiku saat aku mulai lelah mengurus wisudaku. Sampai tiba dihari dimana dunia serasa tidak berpihak padaku.Hidup seakan merampas semua kebahagiaanku.

15 Februari 2019
Beberapa hari sebelum hari ini, aku mulai merasa ada sesuatu yang beda dari dia. Dia yang biasanya selalu mengabariku dimanapun, kapanpun, kemanapun bahkan bersama siapapun, kini mulai berubah. Dia mulai cuek, jarang mengabariku dan terkesan tidak mempedulikanku lagi. Kami bertengkar waktu itu, tapi dia hanya membalas secara singkat "sorry" tanpa berusaha memberi penjelasan apa-apa, tanpa embel-embel lainnya. 

16 Februari 2019
Tepatnya pukul 01.10 dini hari, dia meneleponku dan membuka percakapan dengan meminta maaf berkali kali. Sontak aku sangat bingung dan tidak mengerti apa yang dia maksud.
"Maafkan aku" kata-kata itu terulang beberapa kali
"Kenapa? Maaf untuk apa?" tanyaku bingung
"Maaf........... Aku sepertinya tidak bisa melanjutkan hubungan dengan kamu", katanya terbata-bata.
Aku terdiam beberapa saat. Airmata juga tak bisa mengalir. Seakan-akan duniaku berakhir. beberapa menit terdiam, sampai akhirnya aku buka suara. 
"Kenapa?" tanyaku 
"Aku... aku masih mencintai mantanku" katanya pelan
Aku terdiam lagi. Aku tidak tau lagi apa yang harus kukatakan.
"Tapi aku mau kita putus baik-baik", lanjutnya. Aku masih tetap terdiam.
"Halo? kamu masih disana? katanya
"Oh, kalo itu mau kamu, yasudah, smoga kalian berdua langgeng ya, sudah tidak ada yang di bicarakan, kan? Kututup telpon nya ya, slamat malam".
Aku terdiam lagi, sulit bernapas. Aku masih tak percaya dengan apa yang terjadi barusan. Seakan semua hanya mimpi. Setelah merenung cukup lama, aku mengambil handphone ku, menghapus foto-foto dia dan mencoba untuk menerima kenyataan. Aku sadar memang, cinta itu tidak bisa dipaksa. Sempat aku mengeluh pada Dia, kenapa kisah cintaku tak pernah berjalan mulus, selalu saja tersakiti, selalu saja ditinggalkan.Sebenarnya bukan perpisahan yang sulit, tapi kenangan dengan dia dan apa yang sudah dia janjikan yang membuatku kecewa. Dia yang meminta untuk setia dengannya, meminta untuk jangan tinggalkan dia, ternyata dia juga yang meninggalkan dan menyakiti dengan teramat sangat. Mulai dari hari itu, aku mencoba untuk ikhlas dan bersabar menanti orang yang pantas untuk ku ajak berjuang. 



No comments:

Post a Comment