Hujan masih membasahi bumi. Semilir angin berhembus, menusuk ke dalam tubuh. Waktu sudah dini hari, aku masih saja terjaga. Ada banyak hal yang masih membayangiku, pikiranku tak karuan, berjalan jalan entah menuju kemana. Desember sudah pergi, tapi ingin ku ceritakan sekilas kisah yang terjadi di bulan itu.
Natal sebentar lagi tiba. Kerlap kerlip lampu menghiasi setiap sudut rumah, bau kue mentega berhembus sampai ke hidungku, semua terlihat sibuk mempersiapkan segala pernak pernik di rumah masing-masing. Sore itu aku duduk di depan rumah, menikmati secangkir teh dan kue sambil memandang jalan yang penuh dengan lalu lalang orang-orang. Tiba tiba pandanganku terkunci pada seseorang. Sosok yang gagah, cukup tampan dan semakin keren dengan menunggangi motor besar yang membuat mata hampir tidak bisa berkedip. Samar samar dari kejauhan, memandangi sosok itu yang semakin dekat. Ternyata dia adalah adik tingkatku. Namanya familiar karna dia berteman dengan sebagian teman temanku. "Oh, dia sudah pulang rupanya", gumamku dalam hati. Tak ada sesuatu yang menggangu pikiranku, sampai akhirnya di hari hari berikutnya, sesuatu terjadi. Semua berawal ketika aku memposting sebuah quotes tentang single. Tak ada angin tak ada hujan, dia langsung me-reply story ku dan mengajakku jalan. Sontak itu membuatku tercengang. "Kenapa bisa ya?" pertanyaan itu yang terus menerus mengelilingi kepalaku sampai akhirnya aku langsung mengiyakan karna memang hari itu aku sedang free.
Jam sudah menunjukkan pukul 19.20, sebuah pesan masuk. "aku menuju kesana", ketiknya. Beberapa menit kemudian, motor berhenti di depan rumahku. Aroma harum tubuhnya menyambutku ketika ku duduk di belakangnya. Malam itu kami memutuskan untuk berkeliling saja sambil cerita cerita. Cukup asik mengobrol dengan dia, ya walaupun usia terpaut lumayan jauh, tapi aku menemukan chemistry saat berbicara dengannya. Kita berbicara banyak hal malam itu. Kesan pertama yang membahagiakan.
Hari berganti hari, natal berlalu dengan cepat. Kami sering menghabiskan waktu bersama. Bercerita tentang masa lalu kami masing masing sampai tentang masa depan, serta meluruskan beberapa hal yang salah dari apa yang kupikirkan slama ini, sempat memintaku untuk bekerja disana agar bisa dekat dengannya dan masih banyak lagi.
Menjelang tahun baru, dia mengajakku untuk keluar. Tak ada alasan untuk aku menolak. Seperti biasa dia menjemputku. Kami kemudian menuju ke kampung sebelah dimana itu merupakan kampung yang paling ramai kalau ada perayaan perayaan besar. Kami duduk disana, melihat ramainya manusia yang bergoyang mengikuti dentuman disco dengan sangat bergairah.
"Udah sana, ikutan goyang", kataku spontan.
"Engga ah, ga biasa" jawabnya sambil senyum.
"Halah boong" balasku tak percaya.
"Aku tuh goyang kalo aku mau aja", timpalnya singkat.
Menit menit berlalu, kami memutuskan untuk pulang. Di perjalanan, banyak hal masih jadi perbincangan. Seakan tak akan pernah habis topik. Dari beberapa pertemuan ini, ada satu hal yang buat aku kagum pada lelaki ini. Di jaman yang serba modern, dia tidak terpengaruh dengan jahatnya pergaulan. Ya, dia tidak merokok maupun minum minuman beralkohol. Sudah ganteng, tidak merokok dan minum, aktif berorganisasi di kampus, kurang apa lagi?
Setelah kami kembali dari tempat tadi, kami singgah sebentar di sebuah tempat. Kami duduk di tengah keriuhan malam. Petasan yang tak berhenti, suara musik dimana mana serta malam yang penuh bintang menambah syahdu malam ini. Kami bercanda sampai aku tak sengaja memukulnya.
"Apa apaan ini? Mau berantem?" Tanyanya sambil mempersiapkan diri seakan akan ingin memukulku.
"Huu, awas kamu", balasku sambil memukul pundaknya yang ternyata mendapat pembelaan dan langsung saja dia menarik kedua tanganku. Aku lupa bagaimana percakapan kita sebelumnya, sampai akhirnya dia mengatakan ini.
"Jadi kita kapan mau diresmikan?" Tanya nya masih dengan memegang kedua tanganku. Matanya menatap tajam ke arahku, cukup membuatku canggung.
"Halah becanda terus", balasku sambil melepaskan pegangan dan memukulnya berkali lali. Kemudian dia balas dengan senyuman. Kami kejar kejaran seperti anak kecil malam itu. Tak terasa waktu berjalan cepat, hari semakin larut. Dia pun mengantarku pulang.
Matahari mulai muncul malu-malu di ufuk timur. Ku buka jendela sekedar menyapa dunia. Semilir angin membelai perlahan. Hari ini sepertinya akan cerah. Aku termenung sebentar di depan jendela, menikmati indahnya ciptaan-Nya. Tiba-tiba sebuah pesan masuk. Lelaki ini mengajakku untuk ke suatu pulau yg terkenal di tempat tinggalku besok. Tapi aku menolaknya dan dia pun tidak memaksanya. Entah kenapa aku masih saja merasa malu untuk bertemu dengan dia terlalu lama.
Hari itupun tiba, hari dimana dia pergi ke pulau yang sudah kukatakan tadi. Aku pun tak sengaja bertemu dengan dia dan teman temannya ketika sedang menunggu speed boat. Kami hanya berpandangan sebentar dan kemudian berlalu begitu saja. Beberapa jam kemudian, teman temanku mengajak ke pulau yang sama. Entah ini suatu kebetulan atau apa, aku langsung saja menyetujui dan kemudian menghubungi teman temanku untuk mempersiapkan diri. Selang beberapa jam dengan berbagai drama, kami tiba di pulau tersebut. Aku langsung saja membuat sebuah story dan tak menunggu waktu lama, dia me-reply story ku.
"Seriusan disini juga?"
"Iya dong" jawabku singkat.
"Dibagian mana?" Balasnya cepat.
"Di dekat bangunan" jawabku sambil mengirim video tempatku berada.
Aku dan teman temanku kemudian berfoto foto dan melanjutkan makan. Beberapa jam kemudian, dia mengirimkan pesan lagi.
"Gamau foto bareng nih kita?"
Aku tersenyum dan kaget.
"Yuk. Tapi aku mau foto dulu sama teman teman dibagian pelabuhan"
Aku dan teman temanku pun menuju tempat yang dimaksud. Beberapa menit kemudian, masuk lagi pesan dari dia. Dia mengirim sebuah video yang mana aku sedang berjalan bersama teman temanku.
"Heh, di sebelah mana sih?" Tanyaku penasaran.
"Aku di dekat pelabuhan, di bawah pohon" seketika aku langsung memandang sekitar dan aku menangkap sosoknya.
"Oh iya, aku udah lihat"
"Ayo kapan foto?"
"Yuk sekarang, aku tunggu di belakang kalian".
Dia menoleh dan langsung berdiri menghampiriku.
Aku menghilang dari pandangan teman temanku dan berjalan bersama dia mengitari pantai.
"Mana sini handphone mu", katanya sambil merampasnya tanpa persetujuanku. Aku tak tau apa yang dia lakukan dengan handphone ku. Kubiarkan saja dia mengotak atiknya.
"Kita foto disini saja" katanya setelah sudah beberapa meter jauh dari pandangan teman temanku.
"Pake handphone ku saja", katanya sambil mengeluarkan dari kantong celana.
Setelah berfoto, kita berdua duduk menikmati pantai dan deburan ombak kemudian hening.
"Sebentar ada acara? keluar yuk? makan nalam sama sama" katanya membuka percakapan.
"Oke, nanti kabari saja" jawabku. Beberapa menit kemudian kami memutuskan untuk kembali, karena teman temanku juga sudah menghubungiku.
"Dari mana saja kamu?" pertanyaan teman temanku menyambutku.
"Lagi jalan sama gebetan" balasku sambil senyum diikuti teriakan teman temanku.
Sang surya mulai menjauh dari pandangan, diganti dengan cahaya rembulan yang perlahan mulai menyinari malam ini. Hampir setengah 7 sampai akhirnya dia menjemputku. Kami memutuskan untuk makan mie malam ini. Tak banyak yang kami bicarakan, cuma seputar muka ku yang terlalu putih karna pakai cream kebanyakan dan kemudian dia langsung fokus ke handphone nya sambil main. Menyebalkan! Setelah selesai makan dia langsung mengantarku pulang. Beberapa hari kemudian dia tidak mengabariku. Aku pun tak masalah. Dia hanya akan mengabariku ketika ingin mengajakku keluar saja. Setelah keluar dan kembali ke rumah, jangan harap akan ada pesan masuk dari dia. Hufttt! Beberapa hari kemudian, dia membuat sebuah story di bandara. Ingin skali kumaki dia yang pergi meninggalkanku tanpa sepatah kata pun. Tapi aku siapa? pertanyaan itu yang akhirnya membuatku sadar.
Sudah memasuki hari ke 4 di tahun yang baru. Pikiran semakin berkecamuk. Masih tidak terima dengan dia yang meninggalkanku. Dasar brengsek! Aku masih asik dengan handphone ku dan tak sengaja melihat story lelaki brengsek itu.
"Oh jadi gitu ya, balik tidak memberi tahu" kuberanikan diri mengirim itu.
"Tenang saja, aku masih disini kok, aku nanti berangkat besok"
"Serius?" balasku cepat
"Iya, serius" dan kemudian percakapan kita berhenti disitu. Ada sedikit lega, tapi sedih karna sebentar lagi dia akan pergi. Entah perasaan apa ini, aku pun tak mengerti.
Sampai juga di hari ini. Hari dimana dia akan pergi. Aku tak memberi pesan apapun hari ini, sampai akhirnya dia meneleponku.
"Kamu lagi dimana"?
"Aku di rumah, gimana?" balasku ketus
"Aku berangkat dulu ya, kamu tidak mau kesini?"
Rasanya ingin berteriak. Seperti ada sesuatu yang menghambatku untuk bernapas.
"Aku tidak bisa, aku sedang sibuk" jawabku.
Walau sebenarnya bisa, aku memutuskan untuk tidak menemuinya. Aku benci perpisahan!
"Yasudah kalau begitu, kamu hati hati disini ya, jaga diri, jaga kesehatan, jaga hati".
Kata kata itu tergiang-ngiang di kepalaku beberapa waktu dan membuatku pusing mengartikannya. Dia memintaku untuk menjaga hati padahal kita bukan siapa siapa. Selalu saja, kataku menghela napas.
Hari berlalu begitu cepat, setelah kepergiannya, dia sama skali tidak menghubungiku. Aku pun tidak mengerti apa yang dia inginkan sebenarnya. Setiap aku membuat story, selalu saja dia membalasnya dengan emoticon heart dan lainnya. Pernah juga ketika aku membuat story, dia me-reply dan mengatakan : i hate you. Setelahnya, dia menghilang lagi. Sampai sekarang aku belum mengerti jalan pikirannya. Apa aku yang terlalu berharap sebagai perempuan? Apa ada yang salah dengan perasaan ini? Atau dia yang keterlaluan?
No comments:
Post a Comment